free hit counter code

Menyajikan sejarah dan perkembangan tradisi islam nusantara dengan benar

Menyajikan sejarah dan perkembangan tradisi islam nusantara dengan benar

Pertama, Upacara Adat Sekaten

Sekaten ini merupakan tradisi dan budaya yang dilaksanakan tiap tahunnya. Ibarat tempat berkumpul dan berdagang secara bersama-sama baik di siang atau di malam hari. Acara ini dilakukan oleh masyarakat yang ada di daerah Yogyakarta dan Surakarta. Namun, pada waktu itu masyarakat di daerah tersebut masih sedikit yang mengenal Islam.

 

Akhirnya, melalui acara tersebut diselingi dan dimasukkanlah ajaran-ajaran Islam di dalamnya oleh Sunan Kalijaga. Kata ‘sekaten’ sendiri awalnya adalah berasal dari bahasa Arab yakni ‘syahadatain’ (dua kalimat syahadat), yang artinya dalam acara tersebut masyarakat Jawa diberikan materi-materi untuk senantiasa belajar Islam diantaranya mengucapkan dua kalimat syahadat

 

Namun, karena saat itu orang Jawa belum bisa mengucapkan dengan fasih apa itu ‘syahadatain’, maka pengucapannya pun menjadi agak berbeda ‘sekaten’. Acara sekaten ini juga berisikan pertunjukan gamelan-gamelan yang dimainkan.

 

Kedua, Kesenian Bangunan

Sebelum agama Islam datang, banyak kerajaan-kerajaan yang mempunyai tanah yang begitu luas, sebut saja alun-alun. Acara adat sekatenan diadakan di lokasi tersebut. alun-alun tersebut dikelilingi dengan berbagai tempat penting mulai dari bangunan kerajaan (kraton), pasar, tempat-tempat penting yang dijadikan sarana pemujaan serta bangunan-bangunan penting lainnya.

 

Tempat-tempat tersebut tersebut merupakan rangkaian budaya lokal setempat yang mana pada bangunan-bangunan tersebut masih asli dan belum mengalami perubahan. Setelah agama Islam datang, seni-seni yang ada bangunan tersebut (arsitektur) masih dipertahankan dan tentunya mengalami sedikit perubahan. Sehingga bentuk aslinya masih tetap terjaga.

 

Misalnya saja tempat ibadah yang ada di sekitar alun-alun tersebut yang saat ini sudah menjadi masjid, namun nilai seni (arsitek) lokalnya masih terjaga. Mulai dari bentuk meru-nya (atap yang bertingkat), yang masih dipertahankan karena selain menambah keelokan sebuah masjid kemudian pintunya yang banyak yang memiliki arti setiap orang bisa memasuki dari arah mana saja, sehingga menjaga saluran udara yang ada di dalam masjid.

 

Ditambah lagi dengan hiasan kaligrafi pada dinding masjid serta ruang tersendiri (mihrab) yang berada di bagian depan makmum yang berfungsi sebagai tempat imam masjid memimpin shalat lima waktu. Kemudian adanya pendopo yang mana di waktu itu belum banyak yang memeluk Islam, sehingga pendopo ini digunakan untuk sarana belajar untuk belajar mengaji. Serta adanya kentongan atau bedug yang dibunyikan sebagai pertanda untuk dikumandangkannya adzan karena masuknya waktu shalat.

 

Selain masjid, seni bangunan yang lain adalah adanya bangunan kraton (istana kerajaan) yang mana dalam kraton tersebut terdapat berbagai paduan corak agama, baik Hindu, Islam kemudian kepercayaan warga setempat. Sehingga menjadikan bentuk dan bangunan kraton tersebut lebih bagus dan punya ciri khusus. Seperti Kraton Ngayogyakarta, Kraton Surakarta, Kraton Kasepuhan, Istana Mangkunegaran, Istana Raja Gowa, dan lain sebagainya.

 

Dari seni bangunan, tentunya akan kita dapati bahwa begitu banyak peninggalan tradisi dan budaya Islam yang ada di Nusantara ini.

 

Ketiga, Seni Ukir atau Kaligrafi

Faktor ketiga yang sudah menjadi tradisi dan budaya Islam yang sudah ada di nusantara ini adalah masih berkaitan tentang seni juga. Tetapi untuk yang satu ini sering kita jumpai di tempat-tempat ibadah atau biasanya menjadi keistimewaan sendiri bagi seseorang yang di rumahnya ada seni ukir atau kaligrafi ini.

 

Selain bentuknya yang yang indah, seni ukir atau kaligrafi ini biasanya menjadi nilai tersendiri bagi tempat ibadah atau sebuah rumah. Hal ini dikarenakan biasanya seseorang bisa memilih atau memberikan pilihan ayat yang akan di ukir atau yang akan dijadikan kaligrafi. Sehingga dengan ayat tersebut tidak hanya terpukau dengan keindahan seni tersebut melainkan ayat-ayat al-Qur’an yang di ukir tersebut mempunyai makna yang mendalam dan bisa mengingatkan kita akan kebesaran-kebesaran Allah swt.

 

Seni ukir atau kaligrafi ini juga sering kita jumpai pada tembok-tembok, atap, mihrab juga di mimbar-mimbar masjid. Tentunya semua ini adalah hasil akulturasi budaya, baik dari budaya Arab dan budaya Jawa.

 

Begitu pula dengan seni ukir yang ada pada kulit binatang atau lebih dikenal dengan istilah kesenian wayang. Wayang ini juga merupakan salah satu peninggalan masyarakat terdahulu yang mana masyarakat Jawa sangat ramai menonton pertunjukan wayang ini.

 

Dari sinilah kemudian ada seorang sunan (Sunan Kalijaga) yang berusaha untuk mengubah kesenian tersebut menjadi sebuah kesenian yang mana penontonnya diajak untuk mengucapkan syahadat serta mengenal sejarah-sejarah dan nama-nama pahlawan Islam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *