free hit counter code

10 Pendidikan Anak Tentang Agama Dan Moral Yang Wajib Kita Terapkan Sejak Dini

Anak akan menjadi penerus keluarga dan bangsa secara turun-temurun, dan memiliki pendidikan yang baik untuk mengembangkan potensinya secara cepat dan tumbuh menjadi manusia yang berkepribadian kuat dan berbagai kemampuan dan keterampilan yang bermanfaat. Oleh karena itu, dalam rangka menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh, penting bagi keluarga dan lembaga pendidikan untuk berperan dan bertanggung jawab dalam memberikan berbagai rangsangan dan bimbingan yang tepat.

 

Pentingnya nilai agama dan moral pada anak usia dini. Dalam hal ini tentunya orang tua yang paling bertanggung jawab, karena pendidikan pertama yang utama adalah pendidikan keluarga. Keluarga tidak hanya berfungsi sebagai komunitas sosial tetapi juga sebagai institusi pendidikan. Oleh karena itu, orang tua bahkan semua orang dewasa mempunyai kewajiban untuk membantu, merawat, membimbing dan mengarahkan anak yang belum dewasa dalam lingkungan tumbuh dan berkembang. Bangun fondasi pertama. Dalam pengembangan kemampuan fisik, moral dan agama.

Peran orang tua juga sangat besar pengaruhnya terhadap tingkat keimanan anak melalui bimbingan orang tua. Anak dapat dibimbing untuk mengenal siapa Tuhan, sifat-sifat Tuhan, dan kewajiban manusia kepada Tuhan.

 

Pengembangan nilai-nilai moral dan agama adalah kemampuan anak untuk bertindak dan bertingkah laku. Islam telah mengajarkan nilai-nilai positif yang berguna dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini menimbulkan perlunya pengembangan pembelajaran yang berkaitan dengan nilai-nilai moral dan agama. Hasil analisis menunjukkan bahwa ajaran Islam menjelaskan bagaimana proses pengembangan nilai-nilai agama dan moral pada anak usia dini dapat diterapkan dengan benar.

 

 

Analisis diskusi mengungkap 10 cara penting bagi perkembangan nilai moral dan agama pada anak usia 5-6 tahun. Ini termasuk (i) mendongeng (ii) menyanyi (iii) puisi (iv) tamasya (v) keakraban (vi) bermain (vii) outbond (viii) bermain peran (ix) diskusi dan (x) contoh. Temuan ini telah dibahas dengan berbagai konsep dan temuan sebelumnya.

Pengenalan doa lebih bermakna  ketika pendidik berupaya menghadirkan situasi dunia nyata dalam bentuk kegiatan sehari-hari, baik di rumah maupun di sekolah. Ketika seorang anak ingin belajar, pendidik mendorong anak untuk berdoa. Anak-anak memahami doa-doa yang sering diajarkan oleh guru dan pendidik, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya mengapa kita harus berdoa dan juga makna dari doa-doa yang dipanjatkannya. Arti doa. Proses belajar terus meresap melalui pembiasaan anak secara langsung seiring dengan kegiatan yang dilakukan. Membaca doa lebih bersifat “internal” pada anak dan diharapkan dapat mempengaruhi perilaku sehari-hari anak.

 

Pembelajaran dilakukan sambil bermain. Belajar melalui bermain dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan emosinya, berkreasi, dan belajar dengan cara yang menyenangkan. Bermain juga membantu anak untuk mencari tahu tentang diri mereka, dengan siapa mereka tinggal, dan lingkungan tempat mereka tinggal. Bermain adalah sarana belajar, muncul dari dalam diri anak, tidak ada aturan yang mengikat, merupakan kegiatan nyata, lebih menitikberatkan pada proses daripada hasil, harus didominasi oleh pemain, dan aktif dalam diri pemain. .

 

 

Sebagaimana dituangkan dalam Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini, penjelasan tentang kemampuan pendidikan akhlak dan nilai-nilai agama adalah bahwa pendidikan akhlak dan nilai-nilai agama tidak hanya untuk kegiatan ibadah keagamaan sehari-hari, tetapi juga untuk berbagai kegiatan anak dalam kehidupan sehari-hari. Juga menunjukkan penetrasi yang luas. Mencakup cara-cara menumbuhkan kasih sayang, tanggung jawab, tata krama, kebersihan, kerapihan, dan ketertiban aturan dengan orang lain. Oleh karena itu, ada banyak cara, waktu, dan kegiatan yang dapat digunakan untuk menanamkan nilai-nilai moral dan agama dalam kegiatan sehari-hari anak, yang sebagian besar digunakan untuk berinteraksi dengan teman dan lingkungan sekitar.

 

Nilai-nilai agama dan moral yang ditanamkan  pada anak usia dini adalah:

  1. Menanamkan anak agar menyembah Allah dan berbakti kepada kedua orang tua. Hal ini sejalan dengan Firman Allah Ta’ala dalam surah Al-Isra : 23, yang artinya : “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kau jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada Ibu-Bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-sekali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan mulia”
  2. Mengajak anak untuk melakukan shalat sejak usia dini dan membiasakan anak untuk berbuat baik, sebagaimana hadis Nabi yang artinya “jagalah anakmu agar selalu melaksanakan shalat, dan biasakanlah mereka berbuat baik, karena berbuat baik itu adalah kebiasaaan. (H.R.Thabrani).sejak kapankah anak harus shalat? Nabi bersabda yang artinya: “jika anak sudah bisa membedakan mana kanan dan kiri, maka perintahkanlah anak untuk shalat”. (H.R.Abu Daud).
  3. Membiasakan anak untuk saling tolong menolong. Sebagaimana firman Allah yang artinya: “Dan tolong menolonglah kamu (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. (Al-Maidah: 2)
  4. Mendidik anak dengan tiga perkara, sebagaimana hadis Nabi yang artinya: “didiklah anakmu dengan tiga perkara, yakni: mencintai Nabimu, mencintai keluarganya, dan membaca Al-Qur’an (H.R.Bukhari).
  5. Menanamkan nilai sosial pada anak agar gemar bersedekah, Nabi bersabda yang artinya: “apabila manusia meninggal dunia, amalnya akan terputus kecuali tiga perkara, yakni: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang selalu mendo’akan orang tuanya.(H.R.Tirmizi).
  6. Mengajarkan anak agar mereka suka bersikap lemah lembut. Sabda Nabi yang artinya: “ hendaklah kamu berrsiikap lemah lembut, kasih sayangdan hindarilah sikap keras dan keji (H.R.Bukhari).
  7. Membiasakan anak agar jangan suka berdusta (Al-Baqarah: 10). Yang artinya: “dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya, dan bagi mereka sisksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.
  8. Mengajarkan anak agar jangan suka marah. Hadis Nabi yang artinya:”Dari Abu Hurairah, bahwasanya ada seorang laki-laki yang berkata kepada Nabi.Berilah wasiat kepadaku,” Beliau menjawab,” janganlah engkau marah .”Lelaki tersebut mengulang –ulang perkataannya beberapa kali, Beliau pun selalu menjawab, janganlah engkau marah.
  9. Membiasakan anak agar saling menyayangi antar sesamam muslim. Sebagaimana hadis nabi yang artinya : “Tidaklah kamu beriman sampai kamu menyintai saudaramu seperti kamu menyintai dirimu sendiri.(H.R.Bukhari dan Muslim)
  10. Mendidik anak dari segi moral dan budi pekerti (akhlak). At-Tirmidzi meriwayatkan dari Ayyub Bin Musa, Rasulullah bersabda yang artinya: “tidak ada pemberian yang lebih berharga oleh seorang ayah kepada anaknya yang lebih utama dari pada pemberian budi pekerti yang baik”.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *